INDONESIA & DUNIA BERDUKA : TOKOH " PENCA SILAT " TELAH TIADA
Posted by Zaki CJI, 14 May 2025
Indonesia berduka
Alhamdulillaah
beberapa kali sempat bertemu muka dengan Almarhum.
Terakhir berjumpa di ISBI Kota Bandung Jawa Barat.
Luar biasa
saya berani katakan Almarhum adalah sosok yang benar - benar bisa dan mampu menyatukan ' menyinergikan ' antara kekuatan SILAT dengan SHOLAT.
Sejak usia dini sudah ditempa dan tertempa oleh elmu Al Qir^an dan Silat.
Semoga para penerus Almarhum pun bisa dan mampu ikut manut jejak langkahnya
Aamiiin.
INDONESIA & DUNIA " PENCA SILAT " BERDUKA
Eddie Marzuki Nalapraya lahir di Tanjung Priok pada tanggal 6 Juni 1931 dalam keluarga Betawi sederhana, anak tertua dari sembilan bersaudara dari pasangan H. Mohammad Soetarman, seorang mekanik di pelabuhan Tanjung Priok dan Marsati, seorang ibu rumah tangga.
Ayahnya kemudian menambahkan " Nalapraya " pada namanya, sebuah istilah yang diyakini berarti " gunung berapi ".
Kakeknya, Haji Buchori, adalah seorang pemimpin agama yang disegani di Tanjung Priok yang dikenal karena kebijaksanaan dan kepemimpinannya di masyarakat. Di bawah asuhan kakeknya, Eddie tidak hanya belajar membaca Al - Quran, tetapi juga diperkenalkan pada pencak silat, yang diajarkan bersamaan dengan pelajaran etika dan karakter.
Sekilas Kehidupan Eddie Nalapraya
Nalapraya menikah dengan Anne Marie, seorang wanita keturunan Jerman - Jawa dan dikaruniai lima orang anak.
Setelah Anne Marie meninggal pada tahun 1963, ia menikahi Merry, seorang wanita Indo - Prancis - Bugis, yang kemudian dikenal sebagai Mariam setelah menunaikan ibadah haji pada tahun 1976.
Nalapraya meninggal pada pagi hari tanggal 13 Mei 2025 di Rumah Sakit Pondok Indah di Jakarta.
Jenazahnya disemayamkan di Pusat Pelatihan Pencak Silat sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Jauh sebelum meninggal, Nalapraya pernah bercanda bahwa ia tidak ingin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata karena para jenderal yang telah meninggal di sana akan tetap memberinya perintah.
Sejumlah politikus terkemuka menyampaikan belasungkawa, termasuk penerus Nalapraya, Prabowo Subianto, yang menjadi presiden Indonesia, menteri pemuda dan olahraga Dito Ariotedjo, menteri luar negeri Sugiono, gubernur Jakarta Anies Baswedan serta Pramono Anung dan wakil gubernur Rano Karno.
PENCAK SILAT
Keterlibatan resmi Nalapraya dalam organisasi pencak silat dimulai pada bulan Desember 1978, ketika ia diminta untuk memimpin Ikatan Pencak Silat Indonesia ( IPSI ) cabang Jakarta, badan pengurus pencak silat nasional.
Meskipun awalnya ragu - ragu, ia menerima peran tersebut setelah diyakinkan oleh para pemimpin setempat tentang kesesuaiannya, mengingat pemahamannya yang mendalam tentang dinamika sosial Jakarta dan komitmennya terhadap pengembangan pemuda.
Setelah terpilih sebagai Ketua IPSI Jakarta ( 1978 – 1982 ), Nalapraya berjanji untuk menjadikan organisasi tersebut sebagai tolok ukur nasional baik untuk standar teknis maupun keunggulan organisasi. Ia menghadapi tantangan yang signifikan, termasuk pendanaan yang terbatas, minat publik yang rendah dibandingkan dengan seni bela diri impor dan ketidakharmonisan di antara sekolah - sekolah pencak silat lokal.
Nalapraya mengatasi masalah ini dengan mendorong dialog di antara para master silat, menyelenggarakan kejuaraan rutin dan mempromosikan pencak silat sebagai sarana untuk pembangunan bangsa dan pengembangan karakter.
Keberhasilan Nalapraya di Jakarta menyebabkan ia diangkat sebagai Ketua Harian Pengurus Pusat IPSI pada bulan Desember 1979 dan kemudian sebagai Ketua IPSI ( 1981 – 2003).
Ia berperan penting dalam penyeragaman aturan pertandingan, peningkatan kualitas turnamen nasional dan pengintegrasian pencak silat ke dalam acara olahraga besar seperti Pekan Olahraga Nasional ( PON ) dan Pesta Olahraga Asia Tenggara ( SEA Games ).
Salah satu pencapaian Nalapraya yang paling signifikan adalah pendirian Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa ( PERSILAT ) pada bulan Maret 1980. Bekerja sama dengan perwakilan dari Singapura, Malaysia dan Brunei, ia mendirikan PERSILAT di Jakarta dan menjadi Ketua Presidium pertamanya.
Hal ini menandai dimulainya perjalanan global pencak silat, karena seni tersebut mulai menyebar ke luar dunia Melayu hingga ke Eropa, Amerika dan Australia.
Visi Nalapraya untuk internasionalisasi diwujudkan melalui penyelenggaraan kejuaraan dunia, dimulai dengan International Pencak Silat Invitational pertama ( Prasetya Mulya I ) di Jakarta pada tahun 1982.
Acara - acara ini menarik peserta dari seluruh dunia dan memamerkan keragaman dan seni pencak silat, yang menuai pujian dari praktisi dan pengamat internasional.
Di bawah kepemimpinan Nalapraya, PERSILAT dan IPSI bekerja sama erat dengan pemerintah Indonesia dan kedutaan besar asing untuk mendirikan komisi pencak silat di negara - negara seperti Australia, Filipina, Thailand, Swiss, Belanda, Belgia, Prancis, Jerman, Amerika Serikat dan Suriname. Kementerian Luar Negeri Indonesia mendukung upaya ini, dengan mengakui pencak silat sebagai elemen penting diplomasi budaya Indonesia.
Kejuaraan internasional terus berkembang dalam skala dan prestise dengan kejuaraan dunia ketiga yang diadakan di Wina, Austria, pada tahun 1986
dan acara - acara berikutnya di Den Haag, Belanda, pada tahun 1990.
Turnamen - turnamen ini tidak hanya memperkuat dominasi Indonesia dalam olahraga ini, tetapi juga menunjukkan perkembangan pesat pencak silat di Eropa dan kawasan lain.
Nalapraya juga memainkan peran penting dalam mengamankan pencak silat sebagai cabang olahraga resmi di SEA Games, dimulai dengan penyelenggaraannya pada tahun 1987 di Jakarta. Tonggak sejarah ini mempercepat penyebaran pencak silat di seluruh Asia Tenggara dengan negara - negara seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Myanmar, Laos dan Brunei yang mendirikan program nasional mereka sendiri.
Ia juga mengawasi pembangunan Pusat Pelatihan Pencak Silat ( Padepokan Pencak Silat ) di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, yang menjadi pusat pelatihan, kompetisi dan pertukaran budaya.
Pusat tersebut diresmikan pada tahun 1997 oleh Presiden Soeharto, yang melambangkan pentingnya pencak silat secara nasional.
Meskipun Nalapraya telah menyatakan keinginannya untuk mengundurkan diri sejak awal tahun 1993, niatnya berulang kali ditentang oleh pejabat IPSI baik di tingkat pusat maupun daerah, yang secara konsisten memilihnya kembali selama kongres - kongres berikutnya.
Pola serupa terjadi di Federasi Pencak Silat Internasional ( PERSILAT ), dimana ia secara teratur diangkat menjadi Ketua Presidium karena kontribusinya yang tak ternilai dan kepercayaan luas yang ia nikmati di antara para praktisi dan pejabat.
Pada akhir masa jabatannya pada tanggal 4 Juli 2003, Nalapraya mencalonkan Rachmat Gobel, yang telah terlibat dalam IPSI selama beberapa waktu, sebagai penggantinya.
Meskipun Gobel menerimanya, menantu Soeharto Prabowo Subianto tiba - tiba menyatakan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin, yang mendorong Gobel untuk menarik pencalonannya.
Sebagai calon tunggal, Prabowo terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum IPSI yang baru, sementara Gobel menerima jabatan sebagai Ketua Harian.
Bandung, Rabu, 14 Mei 2025
Muhammad Zaki Mubarrok
CEO CJI
Citizen Journalism Interdependen